• pgriprovriau@gmail.com
  • (0761) 36955
  • 2022-12-06
  • Admin

Indikator Mengukur Keberhasilan Pendidikan Vokasi

Oleh : Dr. Arden Simeru, M. Kom

 

Sebagai pendidik, kita perlu mempertanyakan apakah pendidikan kita sudah mencapai keberhasilan? Ini adalah pertanyaan yang sangat penting agar kita tidak sekedar "terus bekerja" dan mengabaikan dampak sosial dari apa yang kita lakukan. Demikian pula dalam Pendidikan Vokasi atau bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai Pendidikan Kejuruan. Di bawah ini adalah beberapa referensi yang saya ambil dari buku Fundamentals of Vocational Education oleh John Thompson (1973). Meski sangat "Amerika", dalam banyak hal konsep yang ditawarkan bersifat universal.

Menurut Thompson, pendidikan vokasi harus diukur dari keberhasilan dan efisiensi ekonomi yang dihasilkannya. Pendidikan vokasi adalah produk dari pembangunan ekonomi suatu negara. Menyelenggarakan pendidikan vokasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan vokasi harus dilihat dari perspektif ekonomi. Efisien? Konsep pemikiran berbasis ekonomi telah digunakan sejak lama.

Ada 3 kriteria besar yang disampaikan Thompson dalam bukunya dan bisa kita diskusikan disini.

(1) Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu mempersiapkan para siswanya untuk suatu pekerjaan spesifik dalam masyarakat yang didasarkan pada kebutuhan tenaga kerja yang riil.

Kata kuncinya adalah "Real jobs", yaitu pekerjaan yang berlaku dalam kehidupan kerja. Bagaimana sekolah kejuruan mengidentifikasi pekerjaan yang benar-benar ada dan diharapkan oleh industri global? Ini adalah pertanyaan yang sulit, tetapi harus dijawab sebelum melaksanakan program pelatihan. Program pelatihan kerja harus dirancang sesuai dengan kebutuhan tugas khusus di lapangan. Metode analisis pekerjaan (job analysis) merupakan teknik yang sering digunakan oleh para pendidik dalam usahanya untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang persyaratan pekerjaan di dunia kerja.

Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa sering institusi harus “mengubah” program agar sesuai dengan kebutuhan industri? Ini pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan jika kita benar-benar mengukur kesuksesan dengan efisiensi ekonomi. Jawabannya jelas, karena kebutuhan berubah, lembaga pendidikan harus selalu beradaptasi. Karena salah satu prinsip ekonomi yang dianut adalah pembuangan limbah, yaitu. produksi produk (tidak dapat digunakan) yang diklasifikasikan sebagai limbah adalah ilegal.

 

(2) Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu menjamin adanya pasokan tenaga kerja untuk suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi selalu membutuhkan pekerjaan untuk mendukung pembangunan. Pelatihan vokasi diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat berperan sebagai sumber (penyedia) pekerjaan yang diperlukan bagi pengembangan perekonomian daerah. Pasokan tenaga kerja ini harus stabil dan memenuhi kebutuhan. Persediaan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dibandingkan dengan kebutuhan itu tidak baik, harus konsisten baik secara kuantitas maupun kualitas. Perencanaan pendidikan kejuruan harus didasarkan pada perkiraan kebutuhan tenaga kerja daerah yang baik. Pendidikan kejuruan harus mampu berperan sebagai mitra bagi pertumbuhan ekonomi..

Contoh yang Thompson berikan dalam bukunya adalah keadaan Amerika Serikat ketika memasuki era Perang Dunia II. Jatuhnya Amerika Serikat ke dalam perang dunia pada saat itu tergolong mendadak, perekonomian seluruh negara akhirnya "berpaling" pada upaya maksimal untuk memenangkan perang. Pelatihan kejuruan dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri militer, yang sangat meningkat untuk pasokan amunisi yang cepat. Salah satu kunci kemenangan Amerika dalam Perang Dunia II saat itu adalah kemampuan mereka membangun militer dalam waktu yang sangat singkat, hanya beberapa tahun saja. Dunia pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan, memainkan peran yang sangat sentral dalam pelatihan pekerja yang cepat dan komprehensif di industri militer. Bahkan Departemen Pendidikan AS sekarang memiliki slogan "Di Masa Perang, cobalah dulu untuk mendukung perang". Ini adalah contoh yang sangat baik bagaimana pendidikan harus selalu sejalan dengan pembangunan ekonomi.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi industri, keterampilan tenaga kerja harus selalu ditingkatkan. Oleh karena itu, Thompson juga menyebutkan tanggung jawab pelatihan kejuruan untuk meningkatkan keterampilan pekerja yang bekerja di dunia kerja. Upaya ini sangat penting untuk meningkatkan efisiensi ekonomi daerah. Tenaga kerja yang tidak kompeten membebani perekonomian.

(3) Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila para lulusannya mendapatkan pekerjaan sesuai apa yang dilatih.

Berbagai penelitian telah dilakukan di Amerika yang telah mengukur efektivitas pelatihan kejuruan. Hampir semua indikator yang dikembangkan didasarkan pada seberapa baik penempatan lulusan sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari pada pendidikan sebelumnya di lapangan. ketidaksesuaian harus dihindari sebisa mungkin, karena melanggar prinsip efisiensi ekonomi. Oleh karena itu, jika dunia pendidikan menghasilkan lulusan dari bidang tertentu yang bekerja di berbagai bidang di sekolah, maka dikatakan pendidikan gagal dan tidak efisien secara ekonomi.


Dari 3 ktiteria yang di sampaikan Thompson menurut analisis saya perlu penambahan  kriteria ke - 4 yaitu :

(4) Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila para lulusannya mampu menghasilkan produk dan jasa sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dengan standar layak jual dipasaran.

Hal ini penting menjadi salah satu kriteria dan tolok ukur keberhasilan pendidikan vokasi, karena akan lebih baik apabila lulusan pendidikan vokasi tidak hanya dipersiapkan sebagai tenaga kerja yang kompeten dan profesional dibidangnya tetapi juga memiliki kemampuan menghasilkan produk dan jasa sehingga mampu membuka lapangan kerja baru dan mempekerjakan orang lain.

 

Tentu saja, ukuran di atas tetap terbuka. Asumsi yang mendasari konsep di atas harus selalu diuji dari waktu ke waktu. Perkembangan teknologi juga memainkan peran penting di sini. Teknologi telah menciptakan hubungan baru antara manusia, pendidikan dan pekerjaan. Bisakah kita menggunakan konsep yang sama di Indonesia? Tentu saja, pertanyaan ini harus selalu dicocokkan dengan filosofi bangsa kita, asumsi masa kini, dan aspirasi masa depan. (Ard)

Bagikan Ini